Dari Bagian 5
Kemudian ia memeluk Shanti dan mencium mulutnya. Shanti merasa malu dengan perlakuan Tuti tapi ia juga tak ingin menghindar, ia takut Tuti marah. Malah sekarang Tuti meremas buah dadanya dengan perlahan.
"Mbaakk.. Malu ah" rengek Shanti.
"Ah tidak apa-apa kok Shan, Oom sudah biasa kok" kata Rahman sambil menelan ludah.
Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan cairan memek Shanti lumer dimulutnya. Lalu Tuti membuka celana Rahman dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol yang sudah agak tegang. Shanti menutup mulutnya melihat kontol yang lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Tuti tersinggung.
"Nih lihat ini Shan. Ini yang namanya kontol enak.." bisik Tuti sambil mengocok pelan kontol Rahman dan Shanti bisa melihat ada lendir bening di kepala kontol itu seperti lendir memeknya.
Lalu ia terbelalak melihat Tuti dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Shanti bingung melihat kontol itu lenyap dalam mulut Tuti. Dan Rahman mendengus-dengus sambil memompanya dalam mulut wanita itu. Shanti gemetar menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan, pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Tuti mau menghisap kontol itu demikian dengan lahapnya?
"Mau cobain Shan? Enak banget.." Tuti menarik gadis itu supaya berlutut juga.
Rahman berdiri dan tersenyum pada Shanti. Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras itu. Tuti mengambil tangan Shanti dan dipaksanya tangan itu menjamah kontol suaminya. Shanti berusaha menahan tangannya dengan setengah hati. Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh dengan suami Tuti, tapi sekarang malah Tuti memaksanya menjamah daging yang seperti dodol itu.
"Nggak apa-apa Shan, suamiku milik kamu juga kok.." bisik Tuti.
Kemudian Shanti merasakan daging itu di tangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari ujung kontol Rahman, dan Tuti mengusap lendir itu dan memasukkannya ke mulut Shanti, Shanti merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti pejuh Pak Mohan. Lalu Tuti mendekatkan mulut Shanti sambil menekan kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Shanti pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Shanti merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasakan asinnya lendir yang jatuh dalam mulutnya. Tuti juga ikut mengemut kontol Rahman dan sesekali kedua wanita itu saling melumat dan meremas.
"Mmhh.. Enak sekali Mas.. Ayo.. Cepat keluarkan.. Aku sudah tak tahan lagi Mas!" Desah Tuti, tangannya dan tangan Shanti berebut mengocok kontol Rahman.
Bola mata Rahman terbalik dan mulutnya meleguh nikmat seperti kerbau. Kontolnya sungguh keras bukan main dalam maianan kedua perempuan itu. Ia merasakan bagaimanapun jilatan dan kocokan Tuti jauh lebih luar biasa daripada Shanti. Memang ia tak salah memilih gundik, Tuti memang sungguh luar biasa. Dan Rahman menyadari selama ini ia belum pernah bisa tahan lebih dari 3 menit kalau Tuti sudah mengeluarkan keahlian mulut dan tangannya, apalagi kalau kontolnya sudah dalam cengkraman memek wanita itu, maka tak ayal lagi ia akan menyerah sebelum hitungan kedua puluh, padahal dengan isteri tuanya ia tidak pernah bisa keluar dan benar-benar tidak pernah bisa ejakulasi!
Walau bagaimanapun sang isteri melayaninya tetap saja ia tidak dapat puas, bahkan kadang-kadang kontolnya menciut kembali sehingga harus dirangsang lagi. Tapi kalau dengan Tuti, dipegang sebentar saja kontolnya sudah seperti paku baja, terus digoyang sebentar saja, kontolnya sudah meletuskan lahar panasnya, tapi Tuti dapat dengan cepat membangunkan kembali meriamnya walaupun baru meledak. Rahman bersyukur dengan Tuti, ia tak merasa sayang sedikitpun mengeluarkan uang luar biasa besarnya untuk membuat wanita itu mencintainya.
"Oouughh.. Aku.. Aku.. Mau keluar sayy!!" seru Rahman sambil berkelojotan.
Kontolnya dikemot oleh Tuti sedemikian rupa sehingga membuat seluruh otot tubuhnya ngilu menahan gelombang nikmat yang akan segera melanda. Tuti mengeluarkan kontol Rahman dan segera dimasukkannya ke dalam mulut Shanti, gadis itu membiarkan kontol itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan ia mengocoknya dengan bibirnya, lidahnya berusaha menjilat kontol yang keluar masuk dalam mulutnya itu.
Sementara Tuti mengemuti pelir Rahman dengan keahliannya, tiba-tiba Rahman mengeluarkan leguhan keras, tubuhnya kaku dan wajahnya tegang bukan main, mulutnya ternganga sedangkan matanya terbelalak dan berputar ketika kontolnya menyemburkan cairan pejuh panas ke dalam mulut Shanti, tubuhnya kejang dan ia membiarkan kontolnya diam dalam mulut gadis itu, Tuti dengan sigap mengurut dan mengocok batang kontolnya, biasanya Tuti akan terus mengocok kontol itu dengan mulutnya sampai Rahman berkelojotan seperti orang sekarat, tapi ia tahu Shanti baru pertama kali dan belum tahu bagaimana membuat seorang laki-laki mengalami ejakulasi dashyat yang dapat membuatnya mati kaku. Jadi Tuti membantu dengan mengurut batang kontol Rahman dan membuat laki-laki itu menggeram dashyat seperti singa.
Shanti merasa mulutnya penuh dengan cairan lengket, ia tak ingin menelannya jadi ia mengeluarkan dari sela-sela bibirnya walaupun ia tahu sebagian sudah tersembur masuk ke dalam kerongkongannya. Jantungnya berdebar melihat Tuti dengan lahap menjilati setiap lelehan pejuh yang keluar dari mulutnya.
"Telan Shan.. Enak kok.. Mmhh.. Sllrrpp.. Mmmhh.." Tuti menjilati cairan kental keputihan itu. Dan Tuti dengan cepat menelanjangi Shanti, sehingga Shanti benar-benar berlutut tanpa selembar benangpun ditubuhnya dan wanita itu juga sudah telanjang bulat dan bahkan kini Tuti berdiri dan menyodorkan memeknya pada Shanti.
Shanti hendak berpindah menggumuli memek Tuti tapi Rahman masih membiarkan kontolnya dalam mulut gadis itu. Shanti mengeluarkan kontol Rahman dan menjilati pejuh yang menempel disana, ia mengemut kontol Rahman, sekarang ia merasa suka dengan rasanya, ternyata untuk menjadi biasa cepat sekali apalagi kalau memang ternyata enak.
Memek Tuti digesek-gesek di wajah Shanti dan Shanti menyelipkan hidungnya di memek Tuti serta mengendusnya, hhmm nikmat sekali baunya, pikir Shanti. Ia menjulurkan lidahnya dan mengorek-ngorek liang memek Tuti yang sudah licin dan banjir. Tangan kanan Shanti sibuk mengocok kontol Rahman, tapi kontol itu lemas tidak bangun kembali. Rahman meringis kesakitan karena kocokan Shanti yang tidak berpengalaman, mulutnya sedang dilumat oleh Tuti, ia tidak mau melepaskan lumatan Tuti hanya untuk meringis, karena semua yang diberikan Tuti padanya adalah istimewa, dan belum pernah seumur hidupnya Rahman mendapatkan wanita seperti Tuti.
Pelan-pelan mereka beringsut dan akhirnya mereka bertiga bergumul di ranjang. Rahman sibuk melumat mulut Shanti, ternyata gadis itu masih tidak berpengalaman sama sekali, lumatan bibirnya masih jauh dibanding Tuti. Tapi kontolnya sudah tegang seperti baja kembali karena Tuti yang mengocoknya.
"Mau cobain rasanya memek Shanti Mas?" desis Tuti.
Rahman mengangguk, ia mengidam-idamkannya dan dari tadi sore serta ia juga memimpikannya. Tuti menyuruh Shanti memberikan memeknya tapi Shanti malu, Tuti menariknya sehingga pelan-pelan Shanti bergeser sampai tubuhnya di atas Rahman dan ia menungging diatas wajah Rahman. Tuti mendorong pantat Shanti supaya turun dan pelan-pelan Shanti menurunkan pantatnya, tiba-tiba ia mengerang ketika lidah kasar Rahman dan berewoknya menyapu memeknya yang sempit menimbulkan sensasi yang tidak terkirakan nikmatnya. Shanti merasa orgasme padahal belum diapa-apakan. Sekarang ia meliuk-liuk seperti penari ular ketika lidah Rahman menjelajahi bibir memeknya dan menyapu itilnya dengan kasar. Geli dan nikmat bukan main.
Tuti melihat lendir memek Shanti berjatuhan seperti tirai air terjun dan ia bersama Rahman menjilati lendir itu, sesekali ia meludah kedalam mulut Rahman dan laki-laki itu segera menikmati air liurnya. Tuti menjilati liang anus Shanti dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas serta membuatnya ingin kencing. Shanti merasakan memeknya benar-benar disedot oleh Rahman sehingga mengeluarkan suara keras, lalu ia merasa air kencingnya keluar sedikit, ia malu dan berharap Rahman tidak menyadarinya. Tapi Rahman tahu, Tuti pun tahu bahwa Shanti sampai terkencing-kencing saking nikmatnya.
"Ayo Shan kencing saja Shan.. Mmmhh.. Enak sekali kencing kamu" gerang Rahman sambil memainkan itil Shanti dengan lidahnya. Shanti tidak berdaya, dan ia tak kuasa menahannya lagi, ia hanya punya pilihan menderita karena menahan kencing atau menerima kenikmatan yang sedang diambang perasaannya.
"Aduh nggak kuat! Aaakkhh.. Mbaakk!" Shanti merengek sambil mengocok kontol Rahman yang licin karena lendir.
Air seninya menyemprot keluar dari lubang kencingnya, memancar menyemprot wajah Rahman dan Tuti. Panas dan berbau pesing, Tuti memejamkan matanya dan membuka mulutnya sehingga air kencing Shanti masuk kedalam mulutnya dan keluar lagi jatuh kedalam mulut Rahman. Mereka meminum air kencing Shanti yang masih perawan, air kencing yang tidak banyak dan kekuningan tapi sensasinya membuat Rahman melayang, ia merasakan asin dan pahit ketika air kencing gadis itu membasahi tenggorokannya. Tuti malah dengan liar dan lahap meminum dan menjilati air kencing yang jatuh membasahi wajah Rahman kemudian membasahi ranjang mereka, untung Tuti sudah menjaga-jaga, tadi sore ia sudah memasang karpet karet dalam sprei, ia yakin akan terjadi permainan dashyat malam ini dan sekarang terbukti.
Ke Bagian 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar