Dari Bagian 6
Rahman sangat menyukai cairan memek Shanti, ada bau khas seperti punya Tuti tapi ia tetap berpendapat cairan memek Tuti lebih enak dan lebih asin serta kental dan baunya-pun lebih keras daripada punya perawan ini. Rahman merasa kontolnya sudah tak sabar lagi ingin mencari korban, Tuti ingin mengulumnya tapi ia menghindar, ia tidak akan bertahan lama jika dikulum oleh Tuti dan itu membuat Tuti terkikik kegelian.
"Takut? Hi hi hi.." Rahman tersenyum kecut dengan brewok yang berlumuran lendir memek Shanti.
Ia menarik Tuti agar menggantikan Shanti. Tuti beringsut. Ia berbisik pada Shanti, gadis itu menggeleng.
"Coba saja Shan, enak bukan main. Memang pertama-tama akan perih tapi kamu akan segera merasa enak.." kata Tuti.
Shanti diam dan ia pasrah ketika Tuti pelan-pelan membaringkannya terlentang diatas ranjang yang besar itu. Rahman bangun dan menggumulinya, teteknya dikulum oleh laki-laki itu, tapi remasan Rahman ternyata lembut dan menimbulkan berahi. Padahal tadi Shanti melihat bagaimana laki-laki itu mengulum tetek Tuti, membuat wanita itu meringis. Tapi terhadap dirinya Rahman lembut sekali bahkan Shanti merasa enak sekali teteknya disedot-sedot seperti itu. Lalu ia melihat kebawah dan dilihatnya Tuti merenggangkan pahanya lalu memegang kontol Rahman yang sudah keras seperti kayu.
Perlahan-lahan kontol itu turun, tapi sebelum menyentuh memeknya ia melihat Tuti menyelomoti kontol itu sebentar dan itu membuat Rahman menjerit seperti tersentak, wanita itu terkekeh-kekeh senang, lalu Tuti mulai menempelkan kepala kontol Rahman kebibir memek Shanti yang sudah banjir hebat. Pelan-pelan kontol itu mulai masuk sesenti demi sesenti sampai terdengar raungan Shanti.
"Aaakkhh.. Sakiitt.. Uuuhh Mbaakk.. Ampuunn.." Shanti merintih keras ketika kontol Rahman mendesak terus, ia berkelojotan sambil berontak.
Lalu ia merasa lega ketika kontol itu diam dan pelan-pelan memompa tapi tidak turun lagi, gadis itu meriang mendapati kenikmatan melandanya dengan pompaan yang diberikan Rahman. Shanti mendesis-desis seperti orang kepedasan. Tuti memainkan itil Shanti membuat Shanti kejang-kejang, lalu Rahman kembali menusuk, kali ini dengan cepat dan keras.
"Aduuhh.. Ampuunn!! Sakiitt!! Mati aku mbaakk!!" teriak Shanti histeris ketika merasakan lubang memeknya seolah-olah robek dan meledak, perih bukan main dan panas merayapi tubuhnya.
Matanya terbelalak, keringatnya keluar sebesar butian jagung. Jari-jarinya mencakar punggung Rahman, tapi sang kontol sudah tertanam dalam memek Shanti dan Rahman mulai mengangkat perlahan diiringi jeritan Shanti, gadis itu hendak pingsan, sakit sekali, setiap kali laki-laki itu menusuk atau mencabut dirasakannya kenyerian disekeliling memek dan perutnya.
"Tahan Shan, nanti kamu akan keenakan" bisik Tuti.
Setelah beberapa saat, apa yang dikatakan Tuti ternyata benar. Shanti merintih dan mengerang karena kenikmatan. Rahman merasakan hal yang sama pada kontolnya. Ia merasa kontolnya seperti diremas dan dicengkram oleh gadis itu, Rahman benar-benar merasa beruntung, setua ini ia masih mendapatkan perawan! Rahman menghisapi tetek Shanti bergantian dan ia merasakan pentil kecil itu keras dalam mulutnya.
Rahman merasa menang karena ia membuat Shanti menjerit dan berteriak histeris terus menerus tatkala gadis itu mendapatkan orgasmenya, dengan Tuti ia tidak pernah menang, memang dulu pertama kali Tuti menjerit-jerit seolah-olah orgasme tapi akhirnya Rahman tahu itu hanya pura-pura saja, Tuti hanya bisa orgasme kalau memek dan liang anusnya dijilati atau dikocok dengan sesuatu, seperti kontol-kontolan yang bergetar atau dildo karet yang berbuku-buku dan Rahman melarang Tuti memberikan rintihan palsu sewaktu mereka sedang bersetubuh, ia tak ingin kepalsuan dan dengan ksatria ia mengakui tidak dapat mengalahkan Tuti, selalu saja ia yang terjerambab kalah.
"Oommhh.. Aduh Mbak, aku nggak sanggup lagi Mbaak!" Shanti mengeluh, tubuhnya bersimbah peluh dan ia merasa melayang karena lautan kenikmatan yang terus melandanya.
Tuti tidak mau mendengarkannya karena wanita itu juga sedang dilanda nafsu yang luar biasa, ia menyurukkan kepalanya dan menjilati liang anus Rahman lalu beberapa saat jika ingin keluar ia mencabut kontolnya dan Tuti segera menyelomotinya dengan kasar supaya laki-laki itu tidak orgasme lalu Tuti akan menyuruk kememek Shanti dan menjilati cairan yang menggenang bercampur dengan darah perawan gadis itu sampai bersih, ia juga menjilati cairan yang mengalir ke liang anus Shanti, ia menghisap dan menelan cairan itu dengan penuh nafsu, baru Rahman memasukkan kembali kontolnya dan memompa Shanti kembali. Tuti juga mencapai orgasme karena merasa terangsang dengan ulahnya, ia merasa seperti binatang, ia merasa seperti budak yang harus membersihkan semua cairan berahi Rahman dan Shanti dan itu membuatnya sangat terangsang.
Lalu Tuti mengatur posisi Shanti, ia menyuruh gadis itu menungging dan Rahman menyetubuhinya dari belakang, sedangkan Tuti menyurukkan tubuhnya kebawah Shanti dan mengemut itil gadis itu sementara Rahman memompa dengan irama pelan. Kali ini Shanti terbelalak dan gemetaran karena kenikmatan yang datang jauh lebih dashyat daripada tadi. Mulut Shanti keluar erangan, ia merasakan itilnya diputar-putar didalam mulut Tuti dan ia merasakan daging yang menyesakkan liang memeknya seperti membuatnya ingin kencing lagi, ia menjerit-jerit histeris dengan tubuh berkelojotan seperti gadis yang tengah sekarat. Dan Shanti seperti gila membenamkan wajahnya keselangkangan Tuti, lidahnya dengan liar mengorek-ngorek liang memek wanita itu dan menjilati cairan kental yang berlumuran disana. Mulut Shanti terasa asin dan tubuhnya terasa lengket oleh keringat.
"Sudah Oom.. Ampun.. Aduh.. Nggak kuat lagi akuu!" jerit Shanti dan ia terkulai menindih tubuh Tuti.
Rahman mencabut kontolnya dan dari dalam memek Shanti mengalir cairan encer bening banyak sekali. Tuti dengan lahap menjilati cairan itu bahkan Rahman tak segan-segan menjilati liang anus Shanti dengan penuh nafsu. Kontolnya yang keras bagi baja itu masih tegak perkasa menunggu sesuatu yang dapat dipasaknya. Tuti meremas kontol Rahman sambil menghisap memek Shanti. Kemudian Tuti cepat-cepat mencegah Rahman ketika laki-laki itu hendak mengarahkan kontolnya keliang anus Shanti. Rahman sadar dan buru-buru mengurungkan niatnya. Tuti tidak dapat membayangkan bagaimana Shanti menerima tusukan kontol Rahman diliang duburnya, pasti gadis itu akan meraung-raung kesakitan luar biasa.
"Sekarang giliran aku manis.." desis Tuti. Lalu ia tidur terlentang dan mengangkat kedua kakinya terlipat ke wajahnya sehingga memek dan liang anusnya menghadap keatas.
Shanti segera menyelomoti liang memek Tuti dengan rakus. Ia mengocok memek Tuti dengan jarinya dan membuat wanita itu berkelojotan, Tuti dapat orgasme bila dengan Shanti karena ia sangat menikmati waktunya dengan gadis itu. Shanti mulai menjilati liang anus Tuti sedangkan wanita itu menyelomoti kontol Rahman. Tuti menyelomoti dengan kasar, ia membiarkan sesekali kontol Rahman mengenai giginya dan Rahman senang karena wanita itu tidak akan membuatnya keluar dengan cepat. Ia tahu keinginan Tuti, ia tahu Tuti ingin dipompa dan Rahman senang sekali. Kontolnya tidak lemas karena ia sangat terangsang melihat keliaran Shanti melumat liang anus Tuti dengan rakus, Rahman sekarang makin bersyukur mendapatkan dua perempuan yang punya nafsu besar, semula ia tidak menyangka gadis muda itu akan mudah didapatkan, ternyata memang Tutilah yang memegang peranan.
"Jilat dalamnya Shan, .. Oooh bersihkan.. Terus.. Aduh enak sekali Shan.. Emut terus Shan" desis Tuti, Shanti menusuk-nusukan lidahnya di liang anus wanita itu dan sesekali lidahnya terjepit sampai dalam, kemudian ditusuk-tusukannya dan membuat Tuti tersentak-sentak.
Kemudian Shanti melihat Rahman mendekati dan mengarahkan kontolnya. Tapi Shanti kaget ketika kontol Rahman pelan-pelan menusuk keliang anus Tuti. Shanti memandang Tuti, dan wanita itu mengedipkan matanya. Tuti mengejan sedikit dan blup! Kontol Rahman melesak masuk kedalam liang itu. Shanti terpana ketika melihat Rahman mengayun maju mundur memompa liang anus Tuti, pompaan yang berirama dan ada lendir yang keluar bersama pompaan kontol Rahman.
"Shan, jilat Shan.. Ooohh.. Terus.. Aaakkhh.." Tuti merasa orgasme ketika melihat dengan tanpa merasa jijik Shanti menjilati lendir yang keluar dari liang anusnya dan bahkan Rahman mencabut kontolnya dan Shanti seperti sudah tahu langsung menghisap dan menyelomoti kontol itu.
Shanti sama sekali tidak jijik karena kalau itu liang anus Tuti, apapun diminta Tuti ia akan melakukannya karena Shanti sadar bahwa yang dikatakan Tuti selalu benar. Shanti merasakan cairan asin dan berbau tapi ia menikmatinya. Bahkan beberapa kali ia memaksa kontol Rahman dicabut supaya ia bisa menghisap dan membersihkan cairan lengket keputihan itu. Rahman beberapa kali sudah ingin meledak karena berahi yang mencapai puncak tapi untung setiap kali ada Shanti yang membuatnya mengurungkan ledakan laharnya dan ia tersenyum senang pada Tuti, sedangkan Tuti sudah lebih dari dua kali orgasme karena perbuatan Shanti didepan matanya daripada pompaan kontol Rahman di duburnya.
Ia menarik Shanti dan memaksa melumat mulut gadis itu, Shanti membuka mulutnya dan membiarkan cairan keputihan yang baru saja dijilat di liang anus Tuti mengalir jatuh kedalam mulut Tuti. Tuti merintih dan menikmati cairan itu, kemudian mereka saling membelit dan melumat. Tuti menggoyang berirama dan membuat Rahman menggerung seperti binatang terluka.
"Aaarrgghh.. Gilaa!!" teriak Rahman.
"Cepat, cepat!" teriak Tuti sambil mendorong Shanti.
Seperti sudah mengetahui apa yang harus dilakukannya Shanti segera menyurukkan wajahnya dan sedikit terlambat ketika Rahman memuntahkan pejuhnya didalam anus Tuti tapi laki-laki itu memaksa mencabutnya dan Shanti segera menangkap dengan mulutnya. Rahman memompanya dalam mulut Shanti seperti orang kesetanan dan cairan yang keluar seperti tidak ada habis-habisnya, Shanti kali ini menelan cairan itu, sebagian disekanya dengan tangannya kemudian disodorkan kepada Tuti dan wanita itu menjilat cairan itu dengan lahap.
Ke Bagian 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar