Kamis, 28 Februari 2013

Cerita Dewasa Terbaru 2013 Perawanku Hilang di Hotel

Udara luar yang dingin membuat kulit Nita merinding. Jaket yang dibawanya dari rumah dipakainya dengan cepat. Ketika keluar rumah itulah kakinya seperti melangkah berat. Setidaknya ada dua perasaan yang timbul dalam hatinya. Di satu sisi, dirinya enggan pergi malam ini. Di sisi lain ia harus pergi meninggalkan rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu tersebut. Istirahat total setelah seharian banting tulang begitu sangat dibutuhkan. Namun untuk istirahat dirinya tidak tega. Kejaran kebutuhan hidup selalu menghantuinya setiap waktu.


Malam semakin larut. Jalan-jalan yang dilewati Nita seakan ogah untuk menyapanya. Nita sendirin di jalanan. Pekerjaan seperti itu sekarang ia lakukan untuk pertama kalinya sebagai wanita. Iya dia mangkal di tempat para pekerja seks melakukan pekerjaannya. Di bawah lampu remang-remang ia berdiri. Menanti lelaki hidung belang yang akan menggunakan jasanya.
“Kau harus sabar,” kata-kata Heni menggugah semangatnya kembali.
Heni adalah teman curhat Nita. Mereka sekampung namun beda RT. Siang tadi mereka berdua melakukan pembahasan mengenai malam yang akan dilakukan ketika akan menggaet lelaki hidung belang.
“Jika engkau mau, ikuti aku saja,” Heni menyarankan kepada Nita. Nita masih saja bingung mendengar saran temannya itu.
“Kalau nanti masyarakat tahu gimana tentang seks bebas ini?”Tanya Nita kemudian.
“Masyarakat kan membiarkannya. Negara juga. Malah melindungi hal ini. Seakan mereka sudah terlena dengan jabatan mereka. Diam saja lah dengan kepentingan mereka. Jadi mereka akan diam kepada kita.”
Heni hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Benar juga kata Heni, begitu bisik Nita dalam hati. Keiyaannya membenarkan katakata Heni tersebut membuat tubuh Nita mudah untuk dimasuki setan. Perlahan demi sedikit iblis masuk dalam hatinya, dan niat itu dilakukannya malm ini.
Hilir mudik sepeda motor menerawangi tubuh Nita dengan lampunya. Sepeda motor kadang-kadang mobil mewah datang menghampiri tempat itu. Biasanya setelah berbincang-bincang sebentar dengan wanita yang dipilihnya, pengendara kemudian memboncengkan wanita itu. Pergi entah kemana.
Nita tidak putus asa. Demi uang yang ia butuhkan, Nita rela berdiri menanti siapa yang ditunggunya. Akhirnya tanpa panjangnya waktu, sebuah mobil menghampirinya.
“Malam..” sapa orang yang ada di dalam mobil itu ramah.
“Iya malam bapak,,,” Nita menjawabnya dengan senyuman yang dibuat manis.
“Sepi?” Tanya bapak itu kemudian. Nita hanya mengangguk.
Setelah mengobrol sedikit, keduanya kemudian menuai kesepakatan. Bapak yang ada di dalam mobil tersebut mempersilakan Nita untuk masuk ke dalam mobinya yang tergolong masih baru tersebut.
“Jadi kita akan menginap dimana ini?’ bapak tadi bertanya kepada Nita.
“Terserah bapak. Aku ikuti saja mau bapak, asal sesuai dengan perjanjian semula.”
“Gimana kalau di hotel?
“Oke aku setuju.”
Malam semakin larut saja. Rasa kantuk membanjiri mata Nita. Namun demi uang yang ia dapatkan, ia rela menahan kantuk itu untuk beberapa jam lagi. Suara mobil yang ia kendarai tidak terdengar keras. Bapak itu sesekali memandangi wajah Nita. Ia hanya tersenyum.
Singkat cerita, mereka berdua sudah sampai di hotel. Setelah memesan kamar merekan langsung masuk kamar yang dipesan tersebut.
Nita masuk kamar hotel. Kemudian diikuti bapak tadi. Setelah mengunci pintu kamar, bapak tadi memegang lengan Nita.
“Maaf bapak sabar ya. Aku mau mandi sebentar.”
Bapak itu mengangguk setengah menyesal. Dilepasnya lengan Nita tersebut untuk mandi sebentar. Pikirnya mungkin bisa lebih wangi.
***
“Apa bapak tidak malu meniduriku?” Tanya Nita setelah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya berbalutkan sehelai handuk.
“Kenapa harus malu. Aku punya uang. Bisa memberimu uang lebih akan hal itu.”
Nita terdiam. Sungguh malang nasib dirinya harus bermalam dengan orang yang secara umur bisa dikata sebagai bapaknya ini. Tapi dirinya masih bisa bersyukur, orang ini tak sekejam yang ia kira sebelumnya.
“Sudah berapa kali bapak melakukan ini kepada wanita?” Nita kemudian tanya kembali.
“Belum pernah.” Bapak itu menjawab singkat.
“Hmmm lantas kenapa bapak ke tempat dimana kau berdiri tadi?”
“Aku sedang broken home. Aku ingin mencari hiburan. Istriku sedang marah-marah kepadaku.”
“Bapak masih ingin melanjutkan rencana bapak untuk mencari hiburan malam ini?”
Bapak itu mengangguk.
“Pak, apa hanya dengan mencari hiburan masalah bapak bisa terselesaikan? Tidakkah bapak ingat dengan putri bapak di rumah? Bapak tadi bilang, anak bapak seusia saya. Apa bapak tidak malu jika mencari hiburan dengan wanita seusia anak bapak sendiri?”
“Maksudnya?”
“Yah, maaf bapak. Jika memang nanti bapak jadi membutuhkan hiiburan dariku, apa bapak tidak malu meniduri aku yang seumuran dengan anak bapak? Coba dibayangkan, jika saya ini anak bapak sendiri, apa tega?”
“Tidak tega. Berarti aku harus mencari yang lebih tua darimu, begitu maksudmu?”
“Saya rasa begitu. Tapi apa bapak juga tidak malu jika bapak meniduri wanita yang bukan hak bapak? Dimana harkat dan martabat bapak? Coba bapak bayangkan, apa bapak rela jika anak bapak, istri bapak atau bahkan ibu kandung sendiri diperlalukan seperti itu oleh orang lain? Apa bapak rela?”
“Tidak juga.”
“Hmmm bapak- bapak. Bukan cara seperti itu untuk mengurai masalah bapak. Kalau memang bapak sudah cerai, bisa menikah lagi bukan. Masih ada jalan panjang untuk beribadah kepadaNya. Kalaupun keluarga bapak masih bisa diperbaiki, istri pasti akan menurut. Asal bapak jangan nakal lagi? Iya kan? Ingat bapak, melakukan hubungan layaknya suami istri yang tidak halal itu dosa,”
Bapak itu terdiam. Dalam bayangannya sekarang bukan masalah untuk meniduri Nita. Tapi yang ada dalam pikirannya ialah, ia membayangkan sedang meniduri anak perempuan sendiri, tidaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk. Hati bapak itu menjerit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar