Sambungan dari bagian 01
Keintiman antara aku dan Bruno semakin bertambah. Aku dapat mengetahui bahwa sandra dan Parulian sangat senang melihat kami berperilaku sebagai sepasang kekasih. Karena itu aku pun berperilaku sesuai sudut pandang itu. Kami membiasakan diri untuk bercumbu seperti yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih. Membuat Bruno untuk menciumku sangatlah mudah. Aku tak tahu, kadang aku berpikir anjing itu benar-benar mencintaiku sebagai kekasihnya. Bruno dapat mencium mulutku dalam-dalam, sementara aku memegang kepalanya dan mencium balik, kadang sambil mengisap lidahnya.
Karena seks oral adalah bagian dari cumbuan dan permainan pembuka yang biasa dilakukan oleh manusia, dan Bruno telah melakukannya padaku, aku merasa berkewajiban untuk memberinya pelayanan intim yang sama. Mengisap dan menjilati alat kelamin seekor anjing benar-benar merupakan hal paling cabul dan tak bermoral yang pernah kulakukan sampai saat ini. Anehnya kecabulan itu benar-benar membawaku pada suatu birahi tertinggi yang pernah kualami. Sementara itu Sandra dan Parulian terus menyaksikan dengan seksama adegan demi adegan percintaan kami.
Menyenangkan pasangan Sandra dan Parulian sekarang merupakan urutan tertinggi dalam daftar prioritasku. Aku mencintai pasangan ini. Sandra khususnya, sudah seperti seorang ibu bagiku. Sedangkan Parulian tak pernah memanfaatkan keintiman yang kami bagi bersama, walaupun sebenarnya aku sudah tidak keberatan dan berharap ia melakukannya. Dalam waktu yang singkat ini, telah tumbuh cinta di antara kami bertiga. Melihat mereka senang atas semua perbuatanku selama ini adalah satu-satunya yang kubutuhkan untuk melakukan yang lebih lagi. Karena itu aku langsung mengikut apa yang mereka inginkan ketika suatu saat akhirnya Sandra menegurku.
"Kau belum melakukannya dengan baik, Maria. Kau belum belajar bagaimana melayani Bruno dengan benar. Kupikir kau mengerti apa yang kumaksud kan?"
"Kau ingin agar ia menyetubuhiku dan mengawiniku serta mengisi rahimku dengan benih anjingnya?"
"Tepat sekali, Maria. Itulah pelayanan yang kami harapkan dari seorang betina manusia. Dan bukankah itu perananmu?"
"Ya, Nyonya Sandra. Aku adalah betina untuk anjing Anda."
"Kau bukanlah betina yang baik kalau ia tak dapat mengawinimu dan menyemprotkan air mani anjingnya ke dalam memekmu, tempat semestinya ia berada."
"Nyonya Sandra, Bruno adalah kekasihku, dan aku adalah betinanya. Ia kini berhak atas memekku, dan aku tak memiliki hak untuk menolaknya mengakses milikku yang paling pribadi itu. Sperma anjing anda tempatnya adalah di dalam rahimku. Bahkan ia kini lebih berhak daripada suamiku sendiri. Hubunganku dengan suamiku semata-mata hanyalah karena ikatan pernikahan, sedangkan anjing Anda adalah kekasihku."
"Ya, itu sangat penting. Kebutuhan Bruno harus dilayani lebih dulu, selalu. Akan lebih baik kalau suaminya mengetahui kenyataan ini", Parulian menimpali.
"Bagaimana seandainya aku menyuruh Beni untuk selalu terlebih dulu meminta konfirmasi kepada Anda kalau-kalau Bruno ingin menyetubuhiku sebelum ia melakukan hal yang sama terhadap diriku? Apakah itu cukup memuaskan?"
"Akankah suamimu melakukan hal itu?" Tanya Parulian.
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Kau yakin?" Sandra ikut bertanya.
"Aku tak akan memberikan tawaran jika aku tak dapat memenuhinya. Aku akan menceritakan semuanya kepada suamiku. Aku akan membuatnya mengerti bahwa Bruno adalah kekasihku dan kebutuhannya harus dipenuhi lebih dulu. Aku akan mengatakan pada Beni bahwa ia hanya dapat menyetubuhiku setelah Bruno melakukannya terhadapku terlebih dahulu. Dia akan selalu mendapatkan tubuhku yang habis pakai, dan memekku yang masih bersih dan wangi hanya disediakan bagi Bruno. Aku akan menyuruhnya menelepon Anda untuk mengatakan langsung secara pribadi bahwa ia dapat memahami keadaan yang berlaku mulai sekarang. Sekarang bolehkah aku bersetubuh dengan anjing Anda?" aku memohon.
"Oh tidak secepat itu", kata Sandra, "Apakah kau sudah memasuki masa suburmu saat ini?"
Aku menggeleng karena aku memang baru akan memasukinya sebentar lagi.
"Nah, kau kembalilah lagi ke sini kalau sudah memasuki masa suburmu, sehingga sel-sel telur di dalam rahimmu sudah matang dan siap untuk menerima benih-benih dari anjing kami."
Aku seperti tersetrum oleh aliran listrik mendengar ide itu. Gairahku meledak-ledak. Walaupun kecewa karena tak dapat bersetubuh dengan anjing mereka hari ini, aku setuju untuk mengikuti kehendaknya.
"Baiklah, Nyonya Sandra. Aku akan kembali lagi pada saat tubuhku sudah benar-benar siap untuk dibuahi oleh benih anjing Anda dan pada saat birahiku sedang mengalami puncaknya. Untuk itu, mulai sekarang aku akan menghentikan pemakaian pil kontrasepsiku."
"Bagus, tapi jangan lupa. Sampai masa suburmu habis bulan ini, jangan sekali-kali kau bersetubuh dengan suamimu, dan selama masa suburmu berlangsung, kau boleh datang ke mari tiap hari untuk menemui kekasihmu dan kawin dengannya."
"Terima kasih, Nyonya Sandra. Mulai sekarang, setiap datang masa suburku tempatku adalah di sini bersama Bruno. Beni tidak berhak menyentuhku selama itu."
"Sebelum kau pulang, bawalah ini dan minumlah secara teratur. Ini adalah jamu yang manjur untuk meningkatkan kesuburan wanita", Parulian memberiku sekotak jamu yang diambilnya dari dalam lemari.
"Terima kasih. Aku berharap aku dapat mengandung dan melahirkan anak-anak Bruno", aku tersenyum.
"Nah, sekarang pulanglah. Bawalah pakaian dan sepatumu, tapi kau tak boleh mengenakannya. Pulanglah dalam keadaan bugil", kata Sandra, "Begitu pula lain kali kau datang kemari, tak perlu mengenakan pakaian apa pun juga. Mengerti?"
Bukan main, pasangan ini selalu memiliki ide-ide yang mengejutkanku. Bagaimanapun, aku setuju untuk mengikuti aturannya. Aku pun tersenyum dan mengangguk. "Ya, Nyonya Sandra."
Aku menyeberangi jalan dengan jantung yang berdebar kencang sekali. Selain rumahku dan rumah keluarga Parulian yang berseberangan, rumah-rumah yang lain terletak cukup jauh. Bagaimanapun, setidaknya ada lima rumah di sekitar situ yang dari dalamnya penghuninya dapat melihat adanya seorang wanita bugil sedang menyeberang jalan di tempat terbuka pada siang hari bolong. Tentu saja jika mereka kebetulan memperhatikannya. Yang jelas jarak ke rumahku yang tak sampai sepuluh meter serasa jauh sekali.
Begitu tiba di pekarangan rumah, tiba-tiba terdengar suara mobil mendekat. Bulu kudukku segera berdiri? Aku belum lagi membuka pintu rumah ketika mobil itu melewatiku. Aku hanya bisa berdiri terpaku tanpa bergerak sedikit pun. Setelah mobil itu berlalu, barulah aku menengok ke belakang dan menyadari bahwa pasangan yang ada di dalam mobil itu bahkan tak melihat sedikit pun ke arahku. Perasaan lega dan luapan gairah segera membanjiri diriku. Aku pun segera masuk ke dalam rumah.
Dua hari kemudian, aku telah memasuki masa suburku. Sampai saat itu aku sama sekali tidak pernah melayani Beni. Sementara pil-pil kontrasepsi tak pernah lagi kutelan. Sebaliknya jamu pemberian Parulian kuminum teratur tiga kali sehari. Setelah membuat janji dengan keluarga Sandra dan Parulian, dengan hati yang mantap aku keluar rumah dalam keadaan bugil. Rasa takut terlihat oleh orang lain telah menguap bersamaan dengan panasnya cuaca di sini. Aku tak lagi peduli. Gairah karena berjalan bugil menyeberangi jalan di siang hari bolong dengan keluarga Parulian memperhatikannya membuat tubuhku bergetar senang bercampur tegang.
Perjalananku terinterupsi oleh sebuah mobil yang lewat ketika aku hampir mencapai pintu rumah keluarga Sandra dan Parulian. Aku yakin si pria pengemudi mobil melihatku. Mobilnya melambat di depanku. Ketika satu mobil lagi lewat, aku merunduk di balik semak-semak. Lingkungan rumahku yang sepi tiba-tiba menjadi ramai. Saat itulah aku sadar bahwa sekarang adalah waktu penggantian shift di pabrik. Para buruh mulai keluar ke jalan. Begitu pintu rumah keluarga Parulian terbuka, aku pun segera menyelinap masuk.
Mereka membawaku ke meja makan untuk pemeriksaan. Mereka membaringkanku seperti bahan percobaan di laboratorium dan menggunakan pena cahaya untuk melihat ke dalam celah kewanitaanku. Sandra menyatakan semuanya kelihatan bagus dan bersih.
Bruno mencakar-cakarkan kedua kaki depannya pada pintu kaca meminta masuk, seolah tak sabar untuk memenuhi hasratnya mendapatkan diriku. Sandra memutar tubuhku sehingga memekku langsung menghadap ke arah anjing itu. Sambil memainkan jari-jemarinya di memekku, ia berkata, "Lihat Bruno, kami membawakanmu memek untuk kau setubuhi. Dia akan jadi betina yang baik mulai saat ini dan akan mengizinkanmu memompa kontolmu ke dalam memeknya. Kau bisa kosongkan semua air mani yang kau punya ke dalam rahim pelacur betina yang cabul ini kapan saja kau mau, sayang."
"Ayolah, sayang. Kita sudah memisahkan dua kekasih ini cukup lama. Tidakkah kau lihat keduanya sudah sangat ingin kawin? Lihat denyutan memeknya yang kencang tandanya sudah siap untuk menerima kontol anjing kita. Dan lihat cairan yang keluar itu, memeknya sudah ngiler untuk dimasuki kontol anjing. Kau menginginkan kontol anjing itu kan, pelacur betina?"
"Ya, ya! Aku sangat ingin merasakan kontol anjing itu di dalam memekku. Aku butuh disetubuhi oleh seekor hewan. Memekku akan mengisap kontolnya sampai kering", balasku bernafsu.
"Oh, tidak, sebelum mulutmu membuat kontol anjing kami mengeras dan tegang", kata Sandra. Ia membuka pintu kaca sementara suaminya membantuku berdiri. Bruno melonjak-lonjak kegirangan dan memakan memekku sementara aku membukakan bibir memekku untuknya, sambil berkata, "O ya, sayang. Itu milikmu sepenuhnya sekarang."
Bruno tampak lebih kegirangan daripada hari-hari sebelumnya, dan alat kelaminnya yang panjang menjuntai keluar dari dalam sarungnya yang berbulu sementara ia mengelilingiku. Ketika Sandra merasa kami berdua sudah siap, ia mengangkat kedua kaki depan Bruno. Anjing itu berdiri di hadapanku dengan kedua kaki belakangnya, kontolnya yang menegang menjulur ke depan. Aku segera berlutut di hadapannya dan mulai mengisap kontolnya dengan rakus, menelan seluruhnya sampai masuk ke tenggorokanku sementara kedua tanganku memijati kedua biji zakarnya. Ternyata alat kelamin Bruno semakin lama semakin tumbuh berkembang di dalam mulutku. Aku takjub mengamati besarnya yang jauh melebihi batang kemaluan Beni. Bentuknya pun tampak gemuk dengan warna pun merah menyala.
Aku benar-benar merasa direndahkan serendah-rendahnya dan dipermalukan dengan berada dalam keadaan bugil bersimpuh di hadapan seekor anjing, memberinya pelayanan seks oral sambil diperhatikan oleh pasangan Sandra dan Parulian. Sepertinya aku benar-benar menghambakan diriku kepada mereka dan anjingnya. Dan aku menyukainya?!
Sandra berkata, "Aku seharusnya membiarkan dia berejakulasi di dalam mulutmu."
Aku mendongakkan wajahku dengan penuh harap untuk berkata, "Anda harus. Ya, Anda harus membiarkan anjing Anda melakukan itu?!
Suami istri itu saling tersenyum. Sandra berkata, "Baiklah, betina yang cabul. Kalau kau memang ingin meminum dan mandi dengan air mani kekasihmu, aku mengizinkannya."
Aku tersenyum senang dan mengangguk.
Bersambung ke bagian 03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar